Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Obat Dermatitis Atopik

Obat Dermatitis Atopik

Pada Umumnya Dermatitis atopik tidak dapat disembuhkan secara total, akan tetapi dapat dikontrol agar tidak kambuh dan menyebar. Sebagian penderita dermatitis atopik akan mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Hal  penting yang harus dilakukan adalah menjalin hubungan baik dengan orang tua penderita, memberikan penjelasan mengenai penyakit tersebut secara baik dan rinci, termasuk riwayat  penyakit, dampak psikologis, prognosis, dan prinsip penangananya. Langkah pertama dalam penanganan penderita Dermatitis Atopik adalah semaksimal mungkin menghindari atau mengurangi faktor penyebabnya yang bisamerangsang timbulnya penyakit ini, misalnya alergi makanan, faktor inhalan, dan faktor pencetus sel, walaupun masih timbu pro dan kontra ternyata bayi yang memperoleh air susu ibu lebih jarang ditemui menderita Dermatitis Atopik  bila dibandingkan bayi yang memperoleh pengganti air susu ibu.Menghindari faktor alergi pada bayi berumur kurang dari usia l tahun akan mengurangi resiko mengalami gejala dermatitis atopi.Untuk itulah maka sangat dianjurkan agar bayi dengan riwayat keluarga yang memiliki alergi untuk memperoleh hanya ASI minimal 3 bulan, bila dimungkinkan samapi 6 bulan pertama dan ibu yang menyusui dianjurkan untuk tidak mengkomsumsi telur, kacang tanah, terigu, dan susu sapi. Susu sapi diduga merupakan faktor penyebab alergi yang kuat pada bayi dan anak, maka bagi yang alergi terhadap susu dapat digunakan susu kedelai sebagai penggantinya. Walaupun kemungkinan alergi terhadap susu kedelai itu sendiri juga masih ada. Sekitar 60% penderita Dermatitis Atopik di bawah umur 2 tahun memberikan reaksi positif pada uji kulit terhadap telur, susu, ayam, dan gandum. Reaksi ini akan menghilang dengan semakin bertambahnya umur. Walaupun pada uji kulit positif terhadap antigen makanan tersebut di atas, belum bisa dipastikan itu juga  mencerminkan gejala klinisnya. Demikian pula mengenai hasil uji provokasi, yang membatasi makanan anak tidak selalu berhasil untuk mengatasi penyakit yang dideritanya.Untuk itu dibutuhkan terapi yang integral dan sistemik, yang meliputi hidrasi kulit, terapi topikal, identifikasi dan eliminasi terhadap faktor penyebab dan pencetusnya. Dan  bila perlu diperlukan terapi sistemik.
Penanganan dasar diberikan untuk semua kasus baik yang ringan, atau yang berat, dapat berupa perawatan kulit, hidrasi, kortikosteroid topikal, antihistamin, tars, antibiotik bila diperlukan, melakukan identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus kekambuhan penyakit.

OBAT DERMATITIS ATOPIK 


Perawatan Kulit Hidrasi merupakan salah satu terapi Dermatitis Atopik yang begitu penting. Dasar hidrasi yang kuat adalah dengan peningkatan kandungan air pada kulit yang bisa dilakukan dengan cara mandi dan menerapkan sawar hidrofobik, untuk mencegah terjadinya evaporasi. Melakukan mandi selama 15-20 menit selama 2 kali sehari dengan tidak menggunakan air panas dan tidak menambahkan minyak karena bisa  mempengaruhi masuknya  air kedalam pori-pori kulit. Sabun dengan pelembab disarankan. Setelah mandi harus dibersihkan sisa air dengan handuk yang lembut. Bila diperlukan pengobatan topikal paling baik sehabis mandi karena meresapnya obat jauh lebih baik. Pada pasien kronik dianjurkan diberikan 3-4 kali dalam sehari dengan water-in-oil moisturizers dari lactic acid.

OBAT DERMATITIS ATOPIK 

Pengobatan topikal adalah suatu pengobatan untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan yang biasa dialami penderita dermatitis atopik.Dengan mengatasi kekeringan dan memelihara hidrasi kulit bisa dilakukan dengan mandi memakai sabun lunak dengan tanpa pewangi. Walaupun mandi bisa dikatakan dapat memperburuk kekeringan kulit, akan tetapi berguna untuk mencegah terjadi infeksi sekunder. Namun jangan menggunakan sabun yang bersifat alkalis dan  gunakan sabun atau pembersih yang mempunyai pH 7,0. Juga Pemberian pelembab kulit sangat penting untuk menjaga hidrasi antara lain dengan dasar lanolin, krim air didalam minyak, atau unsur urea 10% dalam krim. Untuk mengatasi peradangannya  dapat diberikan krimkortikosteroid. Dimana penggunaan kortikosteroid topikal yang kuat sebaiknya dilakukan dengan berhati-hati dan tidak digunakan di daerah muka. Dan apabila dermatitis atopik telah teratasi maka secepatnya pengobatan selanjtnya pada penggunaan kortikosteroid golongan lemah atau menggunakan krim pelembab saja. sementar untuk sekitar daerah muka sebaiknya digunakan krim hidrokortison kadar 1%.
Dengan pengobatan topikal yang tepat dapat dicegah penggunaan dengan obat-obatan sistemik. Karena perjalanan penyakit Dermatitis Atopik adalah kronik dan residif ( bersifat menahun dan kambuhan ), maka untuk penggunakan kortikosteroid topikal atau sistemik untuk jangka panjang sebaiknya senantiasa diamati efek samping yang mungkin akan terjadi. Bila dengan kortikosteroid topikal tidak adekuat untuk menghilangkan rasa gatal dapat ditambahkan krim yang mengandung mental, fenol, lidokain, atau asam salisilat. Apabila dengan pengobatan topikal ini tetap tidak didapat hasil yag baik, maka dapat dipertimbangkan pemberian pengobatan sistemik.
Obat Dermatitis Atopik
Obat Dermatitis Atopik
sumber:freepik.com


 OBAT DERMATITIS ATOPIK 


Penggunakan Kortikosteroid topikal akan mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus ( gatal seluruh tubuh ), dan efek vasokonstriktor ( memperkecil pembuluh darah ). Untuk diperhatikan penggunaan kortikosteroid topikal adalah: lakukan segera setelah mandi dan selanjutnya berselimut untuk meningkatkan daya resap, lakukan  tidak lebih dari 2 kali sehari, dalam bentuk salep untuk kulit lembab bisa mengakibatkan folikulitis, penggunaan bentuk krim mempunyai toleransi cukup baik, dalam bentuk lotion dan spray untuk tempat  yang berambut, yangmenjadi bahan pilihan adalah bahwa pakailah obat yang efektif tetapi potensinya terendah, dengan memperhatikan efek samping yang terjadi antara lain : atropi, depigmentasi, steroid acne dan adakalanya terjadi absorbsi sistemik dengan supresi dari hypothalamic-pituitary-adrenal axis, bila kasus ini mulai membaik, frekuensi pemakaian harus diturunkan dan diganti dengan yang mempunyai resiko lebih rendah, dan bila kasus sudah bisa kontrol, harus dihentikan dan lebih difokuskan pada proses terapi hidrasi.
Antihistamin
Antihistamin digunakan Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan seperti difenhidramin atau terfenadin, atau jenis antihistamin nonklasik lain. Kombinasi antara antihistamin H1 dengan H2 dapat membantu pada kasus tertentu. Pada bayi usia, pemberian sedasi dengan kloralhidrat dapat juga dilakukan untuk menolong. Sementara penggunaan obat lain seperti sodium kromoglikat digunakan untuk menstabilkan dinding sel mast dapat memberikan hasil yang memuaskan pada sekitar 50% penderita.
Sementara penggunaan kortikosteroid oral sangat terbatas, dilakukan hanya pada kasus yang sangat berat dan diberikan hanya dalam waktu singkat, contaohnya prednison 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dalam kurun waktu 4 hari.
hal ini merupakan terapi standar, tetapi belum tentu akan efektif untuk menghilangkan rasa gatal. Karena rasa gatal pada penderita Dermatitis Atopik  bisa tidak ada hubungannya dengan histamin.
sementara Tars akan mempunyai efek anti-inflamasi dan sangat berguna sebagai pengganti kortikosteroid topikal pada waktu penanganan penyakit kronik. Namun perlu diketahui Efek samping dari tar adalah bisa terjadi; folikulitis, fotosensitisasi dan dermatitis kontak.
Antibiotik sistemik

OBAT DERMATITIS ATOPIK


Pengunaan Antibiotik sistemik bisa menjadi pertimbangan untuk mengatasi Dermatitis Atopik yang luas dan sudah mengalami infeksi sekunder.Produk  Antibiotik yang dianjurkan adalah  jenis eritromisin, sefalosporin, kloksasilin, dan bisa juga ampisilin. Infeksi perlu di curigai bila ada krusta yang meluas, folikulits, pioderma dan furunkulosis, aureus yang sudah resisten penisilin adalah penyebab tersering dari flare akut. Bila didapat  ada resistensi penisilin, dicloxacillin ( obat infeksi  ataupun sefalexin ( obat untuk bakteri ) dapat digunakan sebagai terapi oral tahap pertama. Bila terdapat alergi penisilin, Melakukan eritromisin adalah terapi pilihan utama, dengan memberi perhatian  pada pasien asma karena dengan eritromisin, teofilin bisa menurunkan metabolismenya. Alternatif lain saat eritomisin resisten adalah dengan klindamisin.Dari hasil uji kepekaan terhadap Staphylococcus aureus 60% mengalami resisten terhadap penisilin, 20% resisten terhadap eritromisin, dan 14% terhadap tetrasiklin, hasil lain menunjukkan tidak ada yang resisten terhadap sefalosporin. Imunoterapi menggunakan ekstrak inhalan ( zat yang mudah menguap ) umumnya tidak membantu untuk mengatasi Dermatitis Atopik pada anak. Melakukan Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor eksaserbasi,Sabun dan pakaian  yang bisa menyababkan iritasi harus dihindari, seperti bahan dari wol. Demikian juga keringat bisa menimbulkan iritasi kulit. Mengalami Stres sosial dan emosi juga harus dihindari. Mengurangi atau menghindari makanan,binatang, atau debu yang bisa menyebabkan alergi.

OBAT DERMATITIS ATOPIK 


Setelah penanganan dasar dilaksanakan pada Dermatitis Atopik berat, terapi imunomodulasi harus dilaksanakan.
Kortikosteroid sistemik.Karena Efek perbaikannya cepat, tetapi flare yang buruk sering terjadi pada steroid withdrawal. Bilapun harus diberikan, perawatan intensif pada kulit harus tetap dijalankan.

Thymopentin.
Untuk mengurangi rasa gatal-gatal dan eritasi bisa digunakan timopentin subkutan 10 mg/ dengan dosis 1 kali/hari untuk selama 6 minggu, atau 3 kali/minggu dalam waktu 12 minggu.
Interferon-gamma.
Dosis yang digunakan g /m2/ hari subkutan yang diberikan jangka 12 minggu.ug-100u antara 50
Siklosporin A. Pemberian dengan oral 5 mg/kg/hari dalam waktu 6 minggu. Haql ini dapat diberikan pula secara topikal dalam bentuk salep atau gel dosis 5%.

Tacrolimus.
Tacrolimus 0,1 % dan 0,03 % topikal digunakan dengan dua kali sehari. Penggunanaan Obat ini umumnya menunjukan perbaikan pada luasnya kelainan dan gatal pada minggu pertama pengobatan. Tacrolimus tidak akan mempengaruhi fibroblasts sehingga tidak menimbulkan atropi kulit.

Pimecrolimus
Pemakaian pimecrolimus 1,0 % akan menurunkan gejala sebesar 35 %.

Gammaglobulin
Gammaglobin bekerja sebagai antitoksin, antiinflamasi dan juga sebagai anti alergi. Pada penerita Dermatitis atopik  Gammaglobulin intravena (IVIG) berfunsi sebagai  sebuahterapi yang sangat mahal, tetapi harus menjadi pertimbangan pada kasus-kasus khusus.

Menggunakan Probiotik Lactobacillus rhamnosus GG 1 kapsul (109) kuman/dosis dalam waktu 2 kali/hari bis memperbaiki kondisi kulit setelah waktu 2 bulan.
Adapun perlakuan khusus diperlukan bagi penderita Dermatitis Atopik yang Berat. Penentuan tingkatan berat-ringannya Dermatitis Atopik dapat mempergunakan kriteria Rajka dan Langeland seperti pada tabel berikut :

I. Luasnya kelainan atau Lesi kulit
Pada fase anak/dewasa
< 9% dari luas tubuh 1
9-36% dari luas tubuh 2
> 36 dari luas tubuh3

Pada fase infantil
< 18% dari luas tubuh 1
18-54% dari luas tubuh 2
> dari luas tubuh 3

II. Perjalanan penyakit dermatitis atopik
remisi > 3 bulan pada tiap tahun 1
remisi < 3 bulan pada tiap tahun 2
Kambuhan3

III. Intensitas dari penyakit Dermatitis Atopik
Rasa gatal ringan, Adanya gangguan tidur + 1
Rasa gatal sedang,Ada gangguan tidur + 2
Rasa gatal berat, Ada gangguan tidur + 3

Penilaian skor

skor 3-4 = ringan
skor 5-7 = sedang
skor 8-9 = berat

Kenapa dermatitis sering kambuh? bisa dilihat penjelasannya di video berikut   yang merupakan kelanjutan penjelasandi video sebelumnya  :


Lakukan konsultasi dan pengobatan dengan dokter agar tidak terjadi salah penanganan dan pengobatan

Semoga bermanfaat

Sumber Referensi :
Turner JD, Schwartz RA. Atopic dermatitis. A clinical challenge. Acta Dermatovenerol Alp Panonica Adriat. 2006 Jun. 15(2):59-68.
Ong PY, Leung DY. Immune dysregulation in atopic dermatitis. Curr Allergy Asthma Rep. 2006 Sep. 6(5):384-9.

Oranje AP, Devillers AC, Kunz B, et al. Treatment of patients with atopic dermatitis using wet-wrap dressings with diluted steroids and/or emollients. An expert panel’s opinion and review of the literature. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2006 Nov. 20(10):1277-86.
Flohr C, Yeo L. Atopic dermatitis and the hygiene hypothesis revisited. Curr Probl Dermatol. 2011. 41:1-34.
Stelmach I, Bobrowska-Korzeniowska M, Smejda K, Majak P, Jerzynska J, Stelmach W, et al. Risk factors for the development of atopic dermatitis and early wheeze. Allergy Asthma Proc. 2014 Sep. 35(5):382-389.
Hanifin JM, Rajka G. Diagnostic features of atopic dermatitis. Acta Derm Venreol. 1980. 92:44-7.
Mrabet-Dahbi S, Maurer M. Innate immunity in atopic dermatitis. Curr Probl Dermatol. 2011