Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengobatan Dermatitis Atopik

DIAGNOSIS DERMATITIS ATOPIK ATAU EKSIM

Pada tahun 1977 Hanifin dan Lobitz membuat petunjuk yang sekarang dipakai sebagai dasar untuk melakukan diagnosis Dermatitis Atopik. Mereka mengajukan berbagai  kriteria yang dikelompokkan dalam kriteria mayor dan kriteria minor.
Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa Dermatitis Atopik yang meliputi pruritus dan kecenderungan dermatitis menjadi kronik atau kronik residif dengan gambaran morfologi dan distribusi yang khusus.
Dermatitis atopik atau yang lebih dikenal dengan eksim adalah kondisi sebagai gatal yang menimbulkan kelainan pada kulit, dan bukan kelainan kulit yang menimbulkan gatal. Akan tetapi belum ada kesepakatan pendapat tentang hal ini, dikarenakan pada pengamatan, kelainan pada muka dan punggung bukan disebabkan oleh garukan, selain itu dermatitis atopik  juga sering terjadi pada bayi yang belum mempunyai kemampuan untuk menggaruk.
Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik
sumber: freepik.com

Pengobatan Dermatitis Atopik

Berikut adalah Kriteria diagnosa dermatitis atopik yang disusun oleh Hanifin dan Lobitz, 1977 :

Kriteria mayor yaitu PruritusMorfologi dan distribusi khas pada orang dewasa : likenifikasi fleksura
dan pada bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
Dermatitis yang bersifat kronik residif
Mempunyai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor ( > 3) yaitu XerosisIktiosis/pertambahan garis pada palmar/keatosis pilarisReaktivasi saat uji kulit tipe cepat
Teradapat Peningkatan kadar IgE
Ada Kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan kekebalan selular.Dermatitis terdapat pada areola mammae,  Keilitis,Konjungtivitis berulang.
Ada Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita Keratokonus
Adanya Katarak subskapular anterior
Terdapat Hiperpigmentasi daerah orbita
Timbul Kepucatan/eritasi  disekitar daerah muka
Adanya Pitiriasis alba
Terdapat Lipatan leher anterior
Kondisi gatal bila sedang berkeringat
Tidak tahan atau alergi intoleransi terhadap bahan dari wol dan lipid solven.
Terdapat gambaran perifolikular yang lebih nyata
Alergi terhadap suatu makanan
Riwaya penyakit yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan emosi, dan adanya White dermographism/delayed blanch.

Pengobatan Dermatitis Atopik

Walaupun sudah banyak laporan dari berbagai hasil penelitian di laboratorium terhadap dermatitis atopik akan tetapi tetap sulit untuk memberikan kesimpulan terhadap korelasi atau hubungan antara hasil laboratorium dengan efek yang ada.

Imunoglobulin  IgG, IgM, IgA dan IgD biasanya tetap normal atau sedikit meningkat pada penderita Dermatitis Atopik. Tujuh persen dari penderita Dermatitis Atopik mempunyai kadar IgA serum yang rendah, dan kekurangan IgA transien banyak dilaporkan pada umur anatra 3-6 bulan. Kadar IgE akan meningkat pada kisaran 80-90% penderita Dermatitis Atopik dan akan lebih tinggi lagi bila mengalami asma dan rinitis alergika. Tinggi rendahnya kadar IgE ini berhubungan dengan berat ringannya penyakitnya, dan juga tinggi rendahnya kadar IgE tidak mengalami ketidakstabilan baik pada saat eksaserbasi, remisi, atau saat sedang mendapat pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE akan menjadi normal sekitar 6-12 bulan setelah terjadi remisi.
Leukosit
Limfosit  Penelitian menunjukkan Jumlah limfosit absolut penderita alergi dalam ambang batas normal, baik pada asma, rinitis alergilk, ataupun pada Dermatitis Atopik, namun demikian pada beberapa penderita Dermatitis Atopik berat, dapat diikuti menurunnya jumlah sel T dan meningkatnya sel B.
Eosinofil
Sementara Kadar eosinofil  penderita Dermatitis Atopik sering mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi seiring dengan meningkatnya IgE, akan tetapi tidak seiring dengan beratnya penyakit yang diderita.
Leukosit polimorfonuklear (PMN)
Dari hasil uji nitro blue tetrazolium (NBT) ditemukan bahwa  jumlah PMN biasanya dalam ambang batas normal.
Komplemen
Pada penderita Dermatitis topik kadar komplemen biasanya normal atau sedikit mengalami peningkatan.
Bakteriologi
Kondisi Kulit penderita Dermatitis Atopik  aktif biasanya mengandung bakteri berbahaya atau patogen, seperti Staphylococcus aureus, walaupun tanpa gejala klinis infeksi.
Uji kulit dan provokasi
Diagnosa Dermatitis Atopik ditegakkan hanya apabiladidasarkan pada gejala klinis. Dimana untuk mencari penyebab timbulnya Dermatitis Atopik harus disertai anamnesis yang sangat teliti dan bila diperlukan dengan uji kulit serta uji eliminasi serta provokasi. hubungan  uji kulit hanya berhasil baik bila penyebabnya alergi  hirup. Sementara untuk makanan dianjurkan melalui uji eliminasi dan provokasi. Reaksi pustula terhadap 5% nikel sulfat yang diberikan dengan uji tempel dianggap karakteristik  Dermatitis Atopik oleh sebagian pengamat. Patogenesis reaksi terhadap pustula nikel fosfat ini belum diketahui hubungannya walaupun data menunjukkan reaksi iritasi primer.

Pengobatan Dermatitis Atopik

DIAGNOSIS BANDING DERMATITIS ATOPIK ATAU EKSIM

Dermatitis Kontak Alergi
Dermatophytosisataur dermatophytids
Sindrom defesiensi imun
Sindrom Wiskott-Aldrich
Sindrom Hyper-IgE
Penyakit Neoplastik
Langerhans’ cell histiocytosis
Penyakit Hodgkin
Dermatitis Numularis
Skabies
Dermatitis Seborrheic
Skabies
Gejala klinis pada bayi penderita Dermatitis Atopik terutama mulai dari pipi dan tidak sampai telapak tangan serta kaki. Tanda skabies pada bayi adalah adanya papula yang relatif besar (biasanya dibagian punggung atas), vesikel pada telapak tangan dan kaki, dan ada dennatilis pruritus pada anggota keluarga penderita. Tungau dan telur dapat dengan mudah ditemukan dari scraping vesicle. Skabies akan memberi respons yang baik terhadap pengobatan dengan benzen heksaklorida.
Dermatitis seboroik infantil
Penyakit ini dibedakan dari Dermatitis atopik  dengan:
(1) Gejala pruritus ringan,
(2) adanya onset invariabel yang terdapat pada daerah pantat halus, tidak bersisik, batas jelas, merah terang,
(3) sisik kuning gelap terdapat pada pipi, badan dan lengan. Dermatitis seboroik infantil sering berkaitan  dengan dermatitis atopik. Pada suatu hasil penelitian, 37% bayi yang menderita dermatitis seboroik akan menjadi Dermatitis Atopik  5-13 tahun kemudian.
Dermatitis kontak pada Anak yang lebih tua yang menderita  Dermatitis Atopik dapat menjadi eksim kronis pada kaki. Bentuk ini harus dibedakan dengan dermatitis kontakyang di sebabkan  karena sepatu.

Pengobatan Dermatitis Atopik


KOMPLIKASI PADA DERMATITIS ATOPIK ATAU EKSIM

Pada anak penderita DA, Sekitar 75% dari anak penderita Dermatitis Atopik akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari. Penderita Dermatitis Atopik mempunyai kecenderungan mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri seperti impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes.
Infeksi virus pada umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia yang  disebut eksim herpetikum atau eksim vaksinatum. Eksim vaksinatum sudah jarang ditemui, biasanya hal ini terjadi pada pemberian vaksin varisela,  pada keluarga maupun penderita dermatitis atopik. lnfeksi Herpes simplex bisa terjadi karena tertular oleh salah anggota keluarga. Terdapat vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta,dan  kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit yang normal.
Pada penderita Dermatitis Atopik, akan mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni Staphylococcus aureus.

Untuk Obat Dermatitis Atopik bisa di baca di postingan sebelumnya bisa di baca disini :

Penyebab Dermatitis Atopik sering kambuh bisa di lihat dari penjelasan di video berikut ini :

Penjelasan sebelumnya bisa dilihat disini :